Rizaludin
Rabu, 09 Juli 2025
Kamis, 11 Januari 2018
Makna Filosofi dari Setiap bagian pada bangunaAir Mancur di depan Gedung Rektorat Universitas Lampung
Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.....
Salam Mahasiswa......😊
Perkenalkan saya Rizaludin beserta Rekan Rekan Kelas Genap Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2015 Universitas Lampung, bermaksud akan bebagi pengetahuan,kali ini saya dan rekan rekan akan berbagi Informasi mengenai Makna Filosofi dari setiap bagian pada bangunan Air Mancur di depan gedung Rektorat Universitas Lampung.
ini merupakan tugas Akhir yang berupa penelitian yang diberikan oleh Drs.Ali Imron.M.Hum pada mata kuliah Sejarah Lisan dan Tradisi Lisan. semoga dengan adanya Blog ini dapat menambah pengetahuan kita khususnya untuk Mahasiswa Universitas Lampung umumnya untuk khalayak umum semua
Tak lupa yang selalu kami harapkan Saran, Kritik dan komentar yang membangun agar kami dapat memperbaiki kesalahan yang saya dan rekan rekan belum tuliskan dlam blog ini untuk segera saya dan rekan rekan saya perbaik. Terimakasih atas Kunjungannya semoga bermamfaat
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Happy Reading Friend....
.
Makna Filosofi dari Setiap Bagian pada Bangunan Air Mancur di depan Gedung Rektorat Universitas Lampung
Arsitektur sering diterjemahkan sebagai wujud suatu
bangunan yang merupakan benda budaya hasil karya manusia. Dari hasil karya
manusia seperti ini tersirat adanya nilai-nilai budaya yang erat hubungannya
dengan nilai-nilai filosofis religius (Kuntjaraningrat, 1982). Dalam kehidupan
sehari-hari, bangunan, sebagai produk dari arsitektur yang paling umum, adalah
tempat tinggal karena memang manusia pertama kali membuat bangunan adalah untuk
memenuhi salah satu kebutuhan hidupnya yang paling mendasar yaitu sebagai
tempat tinggal atau bernaung. Manusia memerlukan tempat bernaung untuk dapat
bertahan hidup, karena itu tempat bernaung merupakan hal yang sangat utama.
Bangunan air mancur yang berada di depan Rektorat
Universitas Lampung merupakan desain yang dibuat oleh Bapak Rislan Syarif. Pak
Rislan lahir di Kotabumi, 26 Desember 1950. Pak Rislan juga arsitek yang
mendesain gedung Rektorat Universitas Lampung lima lantai. Di Kenali, Lampung Barat,
menjadi objek penelitiannya. Lalu Pak Rislan meneliti tentang budaya Lampung
lewat kain. Pada 1984, pak Rislan mempopulerkan motif kapal. Di Lampung,
menurut penelitiannya, lekukan di kanan kiri pada motif kapal menandakan
kekuasaan. Kini banyak bangunan di Lampung menggunakan motif kapal sebagai
ornament di atapnya.
1.
Tiga Bangunan di Tengah Air Mancur
Kembali mengenai bangunan air
mancur, bangunan ini terdiri dari 3 bangunan di tengah yang merupakan
perlambangan dari bentuk kayu arra atau pohon ayat atau pohon kehidupan.
Sedangkan berjumlah 3 buah karena melambangkan tri dharma perguruan tinggi
yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian terhadap masyarakat. Makna
kegunaan pohon Hayat atau Arra dalam bentuk lain adalah penggunaan kayu arra
pada saat pesta-pesta penting. Kayu Arra didirikan dan dibuat bercabang-cabang,
serta digantungi kain-kain, keranjang dan tikar. Upacara kadang-kadang
berlangsung sampai lebih dari tiga hari. Tradisi “perang-perangan”
dilangsungkan dibawah kayu Arra yang diberdirikan tadi dan dipilih anak gadis
yang masih termasuk anggota keluarga dengan memakai “siger” dan mengenakan
pakaian dari kain yang berkilau.
2.
Bangunan Alas Air Mancur yang Sudut-Sudutnya seperti Perahu
Bentuk
alas atau bangunan alas dari air mancur tersebut seperti memiliki motif perahu
di ujung-ujungnya itu karena melambangkan kekuasaan. Lambang perahu ini diambil
dari kain pelepai. Di Lampung pada zaman dahulu kala, kain kapal atau
pelepai hanya boleh dipakai oleh kalangan terbatas, yaitu para punyimbang dan
keluarganya, karena pelepai dianggap sebagai lambang bangsawan. Pada saat
upacara, kain pelepai biasanya di gantung sebagai pelambang status sosial
punyimbang. Sedangkan kain tampan boleh digunakan oleh setiap tingkat sosial,
yang berfungsi sebagai pokok upacara dalam masyarakat dan sebagai pengikat
manusia dengan dunia sakral. (Holmen dan Anita, 1989; Suwati, 1992/1993).
Jika
dilihat dari makna simbolisnya, penggambaran kapal/perahu pada kain adat
Lampung ini sebenarnya sangat erat hubungannya dengan filosofi kehidupan
masyarakat Lampung itu sendiri. Kapal itu diibaratkan dengan perjalanan hidup
manusia mulai sejak lahir, menginjak dewasa, berkeluarga, dan kemudian mati,
yang merupakan gerak alami setiap manusia yang harus kita lewati dengan bats-batas
tingkatan dan kritis.
3.
Bangunan Berbentuk Oval
Bangunan
air mancur ini dibuat tidak bulat yakni berbentuk oval agar pengendara bisa
melihat air mancur secara keseluruhan kemudian ditambah terdapat patok-patok
yang berbentuk trapezium untuk mengantisipasi orang-orang yang berkendara agar
tidak mempercepat laju kendaraan dan terhindar dari kecelakaan.
4.
Air Mancur Dibuat Bergerak ke Atas
Air
mancur dibuat bergerak ke atas karena setan takut dengan air mancur yang
seperti ini. Pak Rislan mengatakan memang pembuatan air mancur ini penuh akan
mitologi dan filosofi. Penuh kreativitas, namun tidak ngawur melainkan sarat
akan makna. Kemudian, di kanan dan kiri air mancur terdapat 2 kolam yang
terdapat air mancur kecil. Kolam tersebut jika sore hari ketika matahari
menyinari maka sinar dari air mancur tersebut akan memantul ke atas dan dapat
dilihat dari lantai atas rektorat. Air mancur bergerak ke atas melambangkan culuk langi yang diambil dari filosofi
gunung pesagi. Bagi sebagian masyarakat Lampung, cerita kehidupan mereka berada
dibawah bayang-bayang gunung Pesagi yang selalu menyirat suatu keajaiban
legenda dan yang mengidentifikasikan
permukaan gunung tersebut laksana daratan yang sangat luas dengan pemandangan
yang sama ke segala arah (pesagi).
Pada
puncak atap yang yang lebih dikenal dengan nama culu langi biasanya diberi hiasan cincin dari bahan mental karena
culu langi merupakan jembatan para roh untuk naik ke alam atas atau pun turun
ke bumi.
5.
Bangunan Alas yang Mengelilingi Air Mancur disebut Plaza Demokrasi
Bangunan
alas yang mengelilingi air mancur disebut plaza demokrasi karena disitulah
tempat mahasiswa melakukan demonstrasi menyerukan demokrasi dan kebenaran,
menyerukan apa yang ada di fikirannya.
6.
Motif Tapis yang Mengelilingi Air Mancur
Bentuk
dari air mancur tersebut dari lingkaran dasarnya merupakan gambar dari tapis
lampung yang dimana pihak arsitek membuat gambar tersebut untuk memperkenalkan
tapis Lampung kepada siapa saja yang melihatnya.
Demikianlah makna-makna dari
setiap bagian bangunan air mancur yang berada di depan rektorat Universitas
Lampung. Pak Rislan berharap air mancur tersebut dapat melambangkan masyarakat
dan budaya Lampung, dapat menggambarkan kehidupan kampus yang demokrasi dan
menjunjung tri dharma perguruan tinggi, serta sebagai lambang harapan
Universitas Lampung menjadi kampus hijau.
Sumber Lisan:
Wawancara dengan Pak Rislan. Hari Jum’at 22
Desember 2017 pukul 16.00 WIB.
Sumber buku:
Syarief, Rislan. 2017. Pengaruh Warisan Budaya
Perahu Pada Arsitektur Tradisional di Lampung. Lampung: Aura Publishing.
Selasa, 26 April 2016
KATA DASAR,KATA TURUNAN,KATA ULANG,KATA GABUNGAN (MAJEMUK)
WELCOM TO MAY BLOG
saya disini mau share nih tentang kata dasar,kata Turunan,kata ulang dan kata Gabungan simak dengan baik ya :)
JANGAN LUPA KASIH SARAN DAN KRITIK ATAU KOMENTAR YANG MEMBANGUN
KATA DASAR,KATA TURUNAN,KATA ULANG, DAN KATA GABUNGAN (MAJEMUK)
Kalimat – kalimat di atas disusun dari kata – kata dasar. Kata dasar ditulis sebagai kesatuan yang berdiri sendiri.
1. Menyatakan kesamaan
Kata ulang yang mengalami pembentukan makna ini adalah masak – memasak, jahit – menjahit, dan sebaainya.
saya disini mau share nih tentang kata dasar,kata Turunan,kata ulang dan kata Gabungan simak dengan baik ya :)
JANGAN LUPA KASIH SARAN DAN KRITIK ATAU KOMENTAR YANG MEMBANGUN
KATA DASAR,KATA TURUNAN,KATA ULANG, DAN KATA GABUNGAN (MAJEMUK)
2.1 KATA
DASAR
kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana
yang belum memiliki imbuhan.
Kata dasar
bisa membentuk satu kesatuan kalimat, yaitu:
1. Ular yang
mati itu sangat panjang
2.. Budi
datang ke rumahku dengan sangat cepat.
3. Kakak
suka makan kue bakpia dari kota Jogjakarta.
4.Kantor
pajak penuh sesak
Kalimat – kalimat di atas disusun dari kata – kata dasar. Kata dasar ditulis sebagai kesatuan yang berdiri sendiri.
Ø Contoh: sahabat, daerah, datang, pergi,
panas, dingin, jalan, marah, pintar
1. Sahabat, kata dasar dari
persahabatan
2. Daerah, kata dasar dari
kedaerahan
3. Datang, kata dasar dari
kedatangan
4. Pergi, kata dasar dari bepergian
5. Panas, kata dasar dari dipanaskan
6. Dingin, kata dasar dari
didinginkan
7. Jalan, kata dasar dari
menjalankan
8. Marah, kata dasar dari dimarahi
9. Pintar, kata dasr dari terpintar
2.2 KATA TURUNAN
Sederhananya, kata turunan
adalah kata dasar yang mendapat imbuhan, baik berupa awalan, sisipan atau
akhiran, maupun gabungan kata. Kata turunan termasuk salah satu unsur pembentuk
kalimat selain kata dasar dalam setiap penulisan artikel. Untuk mendapat
gambaran lebih jelas tentang definisi kata turunan, simak macam-macam
bentuk kata turunan; Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat
imbuhan; awalan, sisipan dan akhiran. Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Ø Contoh;
catatan (kata dasar [catat],
mendapat akhiran [-an]) (Akhirnya)
berlari (kata dasar [lari], mendapat
awalan [ber-]) (Awalan)
gemetar (kata dasar [getar],
mendapat sisipan [-em-]) (Sisipan)
2.2.1 Jenis imbuhan
Jenis
imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
- Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
- Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
- Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan –nya
- Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
- ber-an
- di-kan dan di-i
- diper-kan dan diper-i
- ke-an dan ke-i
- me-kan dan me-i
- memper-kan dan memper-i
- pe-an
- per-an
- se-an
- ter-kan dan ter-i
- Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
- Akhiran: -man, -wan, -wati dan -ita.
- Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.
2.2.2 Contoh kata yang diawali dengan “ME”
Pembentukan
dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
- tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
- me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
- me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
- me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
- me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
- me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.
Huruf dengan tanda * memiliki
sifat-sifat khusus:
- Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal Atau kata Dasar yang di awali dengan hurup K,T,S,P. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
- Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
- Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi
·
Kata turunan berupa gabungan singkatan dan imbuhan
yang dirangkai menggunakan tanda hubung.
Ø Contoh: mem-PHK-kan mem-PTUN-kan.
·
Kata turunan berupa gabungan kosa kata asing dan imbuhan
yang dirangkai menggunakan tanda hubung.
Ø Contoh; me-recall di-upgrade.
·
Kata turunan juga dapat berupa gabungan bentuk terikat
yang diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital. Kata turunan ini,
penulisannya dirangkai menggunakan tanda hubung (–).
Ø Contoh; pro-Indonesia, non-Indonesia,
pan-Afrika
·
Kata turunan yang bentuk dasarnya berupa gabungan
kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau
mendahuluinya.
Ø Contoh;sebar luaskan bertepuk tangan garis
bawahi
·
Kata turunan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata
dan mendapatkan awalan dan akhiran sekaligus, maka unsur gabungan kata itu
ditulis serangkan dengan imbuhannya.
Ø Contoh;
menyebarluaskan
pertanggungjawaban
melipatgandakan
mencampuradukan
menyebarluaskan
pertanggungjawaban
melipatgandakan
mencampuradukan
Kata turunan yang salah satu unsur gabungan kata hanya
dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Ø Contoh;
Adipati
adikuasa
aerodinamika
aeromodeling
antarkota
antiteroris
anumerta
audiogram
biokimia
bioetanol
caturtunggal
demiliterisasi
dwiwarna
dwitunggal
ekawarna
ekstrakurikuler
inframerah
infrastruktur
inkonvensional
intoleransi
kosponsor
mahasiswa
mancanegara
monoteisme
monorail
multilateraln
nonkolaborasi
pascasarjana
paripurna
poligami
politeknik
poliklinik
pramusaji
prasangka
purnawirawan
saptakrida
semiprofesional
subseksi
swadaya
telepon
transmigrasi
tritunggal
ultramodern
adikuasa
aerodinamika
aeromodeling
antarkota
antiteroris
anumerta
audiogram
biokimia
bioetanol
caturtunggal
demiliterisasi
dwiwarna
dwitunggal
ekawarna
ekstrakurikuler
inframerah
infrastruktur
inkonvensional
intoleransi
kosponsor
mahasiswa
mancanegara
monoteisme
monorail
multilateraln
nonkolaborasi
pascasarjana
paripurna
poligami
politeknik
poliklinik
pramusaji
prasangka
purnawirawan
saptakrida
semiprofesional
subseksi
swadaya
telepon
transmigrasi
tritunggal
ultramodern
·
Jika kata [maha] merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh
kata berimbuhan, maka gabungan keduanya ditulis terpisah dan unsur-unsur
pembentuknya dimulai dengan huruf kapital.
Ø Contoh;
Kita serahkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih Anda harus bertobat kepada Tuhan yang Maha Pengampun.
Kita serahkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih Anda harus bertobat kepada Tuhan yang Maha Pengampun.
·
Tapi, jika kata [maha] sebagai unsur gabungan merujuk
pada Tuhan, namun diikuti oleh kata dasar, gabungan katanya ditulis serangkai.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk kata dasar [esa].
Ø Contoh;
Hanya Tuhan yang Mahakuasa yang bisa menentukan nasib kita.
Semoga Tuhan yang Maha Esa mengabulkan permohonan kita.
Hanya Tuhan yang Mahakuasa yang bisa menentukan nasib kita.
Semoga Tuhan yang Maha Esa mengabulkan permohonan kita.
·
Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang sudah
kita serap dalam bahasa Indonesia, seperti [pro], [kontra] dan [anti], dapat
kita jadikan sebagai kata dasar.
Ø Contoh;
Lebih banyak
masyarakat yang kontra, ketimbang pro terhadap kebijakan penaikan harga bahan
bakar minyak. Dia selalu anti terhadap jemaat ahmadiyah.
Itu tadi
uraian tentang kata turunan.
2.3. KATA
ULANG
Kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan
pengulangan kata dasar. Pengulangan ini dapat memiliki atau menciptakan arti
baru.
Perhatikan contoh berikut ini !
Rumput itu berwarna hijau. Adik
membuat rumput – rumputan dari plastik. Serangga itu melarikan diri dan hilang
di balik rerumputan.
Kata rumput
di atas mengalami proses reduplikasi sehingga makna kata rumput menjadi banyak.
Sedangkan kata rumput yang ketiga mengalami prosese reduplikasi pula tetapi
maknanya berubah, yaitu rumput sintetis.
2.3.1 Jenis-Jenis Kata Ulang
Kata
ulang memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah kata ulang berdasarkan bentuk
dan kata ulang berdasarkan makna yang dibentuk. Nah berikut ini adalah jenis –
jenis dan contoh kata ulang.
a.
Kata Ulang Berdasarkan Bentuk
Kata
ulang ini adalah kata - kata yang mengalami perubahan pada bentuk katanya. Nah,
marilah kita bahas satu – persatu jenis – jenis kata ulang berikut ini.
1. Dwipurwa (Sebagian)
Dwipurwa
adalah kata ulang sebagian. Kata – kata jenis ini mengalami perulangan pada
sebagian katanya saja, contohnya adalah leluasa, sesaji, dedaunan, leluhur,
pepohonan, pegunungan, tetua, lelaki, dan lain – lain.
·
Contoh:
Dedaunan
itu gugur tertiup oleh angin.
Mereka
menaruh sesaji di depan gua yang terkenal angker itu.
Pepohonan
rubuh akibat diterjang oleh angin kencang.
2. Dwilingga (menyeluruh)
Dwilingga
adalah kata ulang menyeluruh. Kata ulang jenis ini adalah kata yang mengalami
pengulangan secara keseluruhan. Contohnya adalah bapak – bapak, anak – anak,
rumah – rumah, buku – buku, dan lain – lain.
·
Contoh Kalimat:
Anak
– anak merasa gembira karena mereka akan pergi bertamasya.
Kami
mengumpulkan buku – buku untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan.
b. Kata ulang berubah bunyi
Jenis
kata ulang ini mengalami perulangan disertai dengan perubahan bunyi pada
sebagian kata. Misalnya teka – teki, utak – atik, mondar – mandir, gotong –
royong, lauk – pauk, sayur – mayur, dan lain lain.
·
Contoh Kalimat:
Para
warga melakukan gotong – royong untuk membersihkan desa.
Dika
mengutak – atik komputernya hingga menjadi rusak.
c. Kata ulang berimbuhan
Jenis
kata ulang ini terjadi akibat penambahan imbuhan pada sebagian kata. Misalnya
Tarik – menarik, maaf – memaafkan, pukul – memukul, panggil – memanggil, putar
– memutar, dan lain – lain.
·
Contoh Kalimat :
Aku
diajarkan oleh ibu untuk tolong menolong antar sesama teman.
Kita
harus maaf – memaafkan di hari yang suci ini.
d. Kata ulang semu
Jenis
kata ulang ini adalah kata yang mengalami proses pengulangan seluruhnya tetapi
tidak bisa dipisahkan karena apabila di pisahkan maka akan tidak mempunyai
makna. misalnya kupu – kupu, laba – laba, umang – umang, pura – pura, lain –
lain, dan sebagainya.
·
Contoh Kalimat :
Rumah
ini dipenuhi oleh sarang laba – laba.
Dia
pura – pura tidak mengenal orang tuaanya akibatnya tuhan murka kepadanya.
2.3.2 Kata Ulang Merubah Makna Kata
1. Menyatakan kesamaan
Kata
ulang yang mengalami pembentukan makna ini adalah keibu – ibuan, kemuda –
mudaan, kebiru – biruan, kemerah – merahan, dan lain – lain.
·
Contoh :
Karena
sikapnya yang keibu – ibuan, aku sangat mengaguminya.
Wajahnya
kebiru – biruan karena terkena bola.
2.
Menyatakan saling
Kata
ulang yang mengalami pembentukan makna ini pukul – memukul, salam – salaman,
rangkul – merangkul, maaf – memaafkan, tolong – menolong, tukar - menukar dan
lain – lain.
Contoh
Kalimat :
Setelah
acara itu selesai, semua orang salam – salaman satu sama lain.
Bemaaf
– memaafkanlah kalian sebelum kalian telah tiada!
3.
Menyatakan jamak dan beragam
Kata
ulang yang mengalami pembentukan makna ini adalah sayur – mayur, buah – buahan,
- tumbuh – tumbuhan, mobil – mobil, bapak – bapak, dan lain – lain.
·
Contoh Kalimat:
Ibu
menyurhku memakan sayur – mayur agar sehat.
Mobil
– mobil yang terparkir itu milik para pejabat.
4.
Menyatakan intensitas
Kata
ulang yang mengalami pembentukan makna ini adalah bolak – balik, mondar-mandir,
jalan-jalan, makan-makan, berjam-jam, bertahun - tahun dan lain-lain
·
Contoh Kalimat:
Aku
telah menunggunya pulang selama bertahun – tahun.
Kami
diundang ke rumah Doni untuk makan – makan bersama.
5.
Menyatakan bilangan
Kata
ulang yang mengalami pembentukan makna ini adalah satu-satu, dua-dua,
tiga-tiga, empat-empat, dan sebagainya.
·
Contoh Kalimat:
Dika membagikan bungkusan nasi satu
persatu kepada anak yatim.
6.
Menyatakan keadaan atau situasi
Kata
ulang yang mengalami pembentukan makna ini adalah mentah – mentah, hidup-hidup,
merah-merah, dan lain-lain.
·
Contoh Kalimat :
Cacing
itu dimakan hidup – hidup sebagi obat typus.
Petani
buah alpukat memanen buahnya mentah – mentah sebelum terkena penyakit
hama.
7.
Menyatakan suatu bentuk kegiatan
Kata ulang yang mengalami pembentukan makna ini adalah masak – memasak, jahit – menjahit, dan sebaainya.
·
Contoh Kalimat:
Mereka
mengundangku untuk masak – memasak di rumah Budi.
Jahit
– menjahit adalah keahlian Budi.
4. KATA
GABUNGAN/MAJEMUK
Kata majemuk adalah
bentuk kata yang terdiri dari dua kata yang berhubungan secara padu dan
membentuk arti atau makna baru.
1.gabungan kata yang
mendapatkan imbuhan.
·
Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan atau
akhiran saja, awalan atau akhiran itu harus dirangkai dengan kata yang dekat
dengannya. Kata lainnya tetap ditulis terpisah dan tidak diberi tanda hubung.
Ø Contoh: berterima kasih; bertanda tangan; tanda
tangani; dll.
·
Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan dan akhiran,
penulisan gabungan kata harus serangkai dan tidak diberi tanda hubung.
Ø Contoh:menandatangai; pertanggungjawaban;mengkambinghitamkan;
dll.
2.Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata.
·
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan kata yang sudah dianggap
padu benar. Arti gabungan kata itu tidak dapat dikembalikan kepada arti
kata-kata itu.
Ø Contoh: bumiputra; belasungkawa; sukarela;
darmabakti; halalbihalal; kepada; segitiga; padahal; kasatmata; matahari;
daripada; barangkali; beasiswa; saputangan; dll
Kata daripada,
misalnya, artinya tidak dapat dikembalikan kepada kata dari dan pada. Itu
sebabnya, gabungan kata yang sudah dianggap satu kata harus ditulis serangkai.
3.Gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat
berdiri sendiri sebagai satu kata yang mengandung arti penuh, unsur itu hanya
muncul dalam kombinasinya.
Contoh: tunanetra;
tunawisma; narasumber; dwiwarna; perilaku; pascasarjana; subseksi; dll.
Kata tuna berarti tidak punya,
tetapi jika ada yang bertanya, “Kamu punya uang?” kita tidak akan menjawabnya
dengan “tuna”. Begitu juga dengan kata dwi,
yang berarti dua, kita tidak akan
berkata, “saya punya dwi adik
laki-laki.” Karena itulah gabungan kata ini harus ditulis dirangkai.
Perhatikan gabungan kata berikut!
·
Jika unsur terikat itu diikuti oleh kata yang huruf
awalnya kapital, di antara kedua unsur itu diberi tanda hubung.
Ø Contoh: non-Indonesia; SIM-ku; KTP-mu.
·
Unsur maha
dan peri ditulis serangkai dengan
unsur yang berikutnya, yang berupa kata dasar. Namun dipisah penulisannya jika
dirangkai dengan kata berimbuhan.
Ø Contoh: Mahabijaksana; Mahatahu; Mahabesar.
Maha Pengasih; Maha Pemurah; peri
keadilan; peri kemanusiaan.
·
Tetapi, khusus kata ESA, walaupun berupa kata dasar,
gabungan kata maha dan esa ditulis terpisah => Maha Esa
Langganan:
Postingan (Atom)