Kamis, 11 Januari 2018

Makna Filosofi dari Setiap bagian pada bangunaAir Mancur di depan Gedung Rektorat Universitas Lampung


Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.....


Salam Mahasiswa......😊

Perkenalkan saya Rizaludin beserta Rekan Rekan Kelas Genap Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2015 Universitas Lampung, bermaksud akan bebagi pengetahuan,kali ini saya dan rekan rekan akan berbagi Informasi mengenai Makna Filosofi dari setiap bagian pada bangunan Air Mancur di depan gedung Rektorat Universitas Lampung.

ini merupakan tugas Akhir yang berupa penelitian  yang diberikan oleh Drs.Ali Imron.M.Hum pada mata kuliah Sejarah Lisan dan Tradisi Lisan. semoga dengan adanya Blog ini dapat menambah pengetahuan kita khususnya untuk Mahasiswa Universitas Lampung umumnya untuk khalayak umum semua

Tak lupa yang selalu kami harapkan Saran, Kritik dan komentar yang membangun agar kami dapat memperbaiki kesalahan yang saya dan rekan rekan belum tuliskan dlam blog ini untuk segera saya dan rekan rekan saya perbaik. Terimakasih atas Kunjungannya semoga bermamfaat


Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh


Happy Reading Friend....
.


Makna Filosofi dari Setiap Bagian pada Bangunan Air Mancur di depan Gedung Rektorat Universitas Lampung




Arsitektur sering diterjemahkan sebagai wujud suatu bangunan yang merupakan benda budaya hasil karya manusia. Dari hasil karya manusia seperti ini tersirat adanya nilai-nilai budaya yang erat hubungannya dengan nilai-nilai filosofis religius (Kuntjaraningrat, 1982). Dalam kehidupan sehari-hari, bangunan, sebagai produk dari arsitektur yang paling umum, adalah tempat tinggal karena memang manusia pertama kali membuat bangunan adalah untuk memenuhi salah satu kebutuhan hidupnya yang paling mendasar yaitu sebagai tempat tinggal atau bernaung. Manusia memerlukan tempat bernaung untuk dapat bertahan hidup, karena itu tempat bernaung merupakan hal yang sangat utama.
Bangunan air mancur yang berada di depan Rektorat Universitas Lampung merupakan desain yang dibuat oleh Bapak Rislan Syarif. Pak Rislan lahir di Kotabumi, 26 Desember 1950. Pak Rislan juga arsitek yang mendesain gedung Rektorat Universitas Lampung lima lantai. Di Kenali, Lampung Barat, menjadi objek penelitiannya. Lalu Pak Rislan meneliti tentang budaya Lampung lewat kain. Pada 1984, pak Rislan mempopulerkan motif kapal. Di Lampung, menurut penelitiannya, lekukan di kanan kiri pada motif kapal menandakan kekuasaan. Kini banyak bangunan di Lampung menggunakan motif kapal sebagai ornament di atapnya.

1.      Tiga Bangunan di Tengah Air Mancur

Kembali mengenai bangunan air mancur, bangunan ini terdiri dari 3 bangunan di tengah yang merupakan perlambangan dari bentuk kayu arra atau pohon ayat atau pohon kehidupan. Sedangkan berjumlah 3 buah karena melambangkan tri dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian terhadap masyarakat. Makna kegunaan pohon Hayat atau Arra dalam bentuk lain adalah penggunaan kayu arra pada saat pesta-pesta penting. Kayu Arra didirikan dan dibuat bercabang-cabang, serta digantungi kain-kain, keranjang dan tikar. Upacara kadang-kadang berlangsung sampai lebih dari tiga hari. Tradisi “perang-perangan” dilangsungkan dibawah kayu Arra yang diberdirikan tadi dan dipilih anak gadis yang masih termasuk anggota keluarga dengan memakai “siger” dan mengenakan pakaian dari kain yang berkilau.




2.      Bangunan Alas Air Mancur yang Sudut-Sudutnya seperti Perahu

Bentuk alas atau bangunan alas dari air mancur tersebut seperti memiliki motif perahu di ujung-ujungnya itu karena melambangkan kekuasaan. Lambang perahu ini diambil dari kain pelepai. Di Lampung pada zaman dahulu kala, kain kapal atau pelepai hanya boleh dipakai oleh kalangan terbatas, yaitu para punyimbang dan keluarganya, karena pelepai dianggap sebagai lambang bangsawan. Pada saat upacara, kain pelepai biasanya di gantung sebagai pelambang status sosial punyimbang. Sedangkan kain tampan boleh digunakan oleh setiap tingkat sosial, yang berfungsi sebagai pokok upacara dalam masyarakat dan sebagai pengikat manusia dengan dunia sakral. (Holmen dan Anita, 1989; Suwati, 1992/1993).

Jika dilihat dari makna simbolisnya, penggambaran kapal/perahu pada kain adat Lampung ini sebenarnya sangat erat hubungannya dengan filosofi kehidupan masyarakat Lampung itu sendiri. Kapal itu diibaratkan dengan perjalanan hidup manusia mulai sejak lahir, menginjak dewasa, berkeluarga, dan kemudian mati, yang merupakan gerak alami setiap manusia yang harus kita lewati dengan bats-batas tingkatan dan kritis.


3.      Bangunan Berbentuk Oval
Bangunan air mancur ini dibuat tidak bulat yakni berbentuk oval agar pengendara bisa melihat air mancur secara keseluruhan kemudian ditambah terdapat patok-patok yang berbentuk trapezium untuk mengantisipasi orang-orang yang berkendara agar tidak mempercepat laju kendaraan dan terhindar dari kecelakaan.

4.      Air Mancur Dibuat Bergerak ke Atas
Air mancur dibuat bergerak ke atas karena setan takut dengan air mancur yang seperti ini. Pak Rislan mengatakan memang pembuatan air mancur ini penuh akan mitologi dan filosofi. Penuh kreativitas, namun tidak ngawur melainkan sarat akan makna. Kemudian, di kanan dan kiri air mancur terdapat 2 kolam yang terdapat air mancur kecil. Kolam tersebut jika sore hari ketika matahari menyinari maka sinar dari air mancur tersebut akan memantul ke atas dan dapat dilihat dari lantai atas rektorat. Air mancur bergerak ke atas melambangkan culuk langi yang diambil dari filosofi gunung pesagi. Bagi sebagian masyarakat Lampung, cerita kehidupan mereka berada dibawah bayang-bayang gunung Pesagi yang selalu menyirat suatu keajaiban legenda dan  yang mengidentifikasikan permukaan gunung tersebut laksana daratan yang sangat luas dengan pemandangan yang sama ke segala arah (pesagi).
Pada puncak atap yang yang lebih dikenal dengan nama culu langi biasanya diberi hiasan cincin dari bahan mental karena culu langi merupakan jembatan para roh untuk naik ke alam atas atau pun turun ke bumi.

5.      Bangunan Alas yang Mengelilingi Air Mancur disebut Plaza Demokrasi
Bangunan alas yang mengelilingi air mancur disebut plaza demokrasi karena disitulah tempat mahasiswa melakukan demonstrasi menyerukan demokrasi dan kebenaran, menyerukan apa yang ada di fikirannya.


6.      Motif Tapis yang Mengelilingi Air Mancur
Bentuk dari air mancur tersebut dari lingkaran dasarnya merupakan gambar dari tapis lampung yang dimana pihak arsitek membuat gambar tersebut untuk memperkenalkan tapis Lampung kepada siapa saja yang melihatnya.


Demikianlah makna-makna dari setiap bagian bangunan air mancur yang berada di depan rektorat Universitas Lampung. Pak Rislan berharap air mancur tersebut dapat melambangkan masyarakat dan budaya Lampung, dapat menggambarkan kehidupan kampus yang demokrasi dan menjunjung tri dharma perguruan tinggi, serta sebagai lambang harapan Universitas Lampung menjadi kampus hijau.


Sumber Lisan:
Wawancara dengan Pak Rislan. Hari Jum’at 22 Desember 2017 pukul 16.00 WIB.
Sumber buku:

Syarief, Rislan. 2017. Pengaruh Warisan Budaya Perahu Pada Arsitektur Tradisional di Lampung. Lampung: Aura Publishing.

1 komentar: